Rabu, 12 April 2023

Ngelinggihang Dewi Saraswati atau Sang Hyang Aji Saraswati.

 


Proses upacara Saraswati di Bali dikenal dengan istilah Ngelinggihang Dewi Saraswati atau Sang Hyang Aji Saraswati.
Kata ngelinggihang ini, bisa dipadankan dengan mempasupati atau juga memberi jiwa pada pengetahuan atau sastra.
Pelaksanaan Rahina Saraswati
Banten Saraswati terdiri dari:
daksina, beras wangi dilengkapi dengan air kumkuman yang diaturkan pada pustaka-pustaka suci.
Banten saraswati dipersiapkan, selanjutnya dilakukan nunas (memohon) Tirtha Saraswati dengan sarana: air, bija, menyan astanggi dan bunga. Caranya sebagai berikut:
Ambil setangkai bunga, pujakan mantra: Om, puspa danta ya namah.
Sesudahnya dimasukkan kedalam sangku. Ambil menyan astanggi, dengan mantram “Om, agnir, jyotir, Om, dupam samar payami”.

Kemudian masukkan ke dalam pedupaan (pasepan).
Ambil beras kuning dengan mantram : “Om, kung kumara wijaya Om phat”.
Masukkan kedalam sesangku.
Setangkai bunga dipegang, memusti dengan anggaranasika, dengan mantram:
Om, Saraswati namostu bhyam Warade kama rupini Siddha rastu karaksami Siddhi bhawantu sadam....
Artinya: Om, Dewi Saraswati yang mulia dan maha indah,cantik dan maha mulia. Semoga kami dilindungi dengan sesempurna-sempurnanya. Semoga kami selalu dilimpahi kekuatan.
Om, Pranamya sarwa dewanca para matma nama wanca. rupa siddhi myaham....
Artinya: Om, kami selalu bersedia menerima restuMu ya para Dewa dan Hyang Widhi, yang mempunyai tangan kuat. Saraswati yang berbadan suci mulia.
Om Padma patra wimalaksi padma kesala warni nityam nama Saraswat....
Artinya: Om, teratai yang tak ternoda, Padma yang indah bercahaya. Dewi yang selalu indah bercahaya, kami selalu menjungjungMu Saraswati.
√ Kalau dengan mantram itu belum mungkin, maka dengan bahasa sendiripun tirta itu dapat dimohon, terutama dengan tujuan mohon kekuatan dan kebijaksanaan, kemampuan intelek, intuisi dan lain-lainnya.
Setangkai bunga diambil untuk memercikkan tirtha ke pustaka-pustaka dan banten-banten sebanyak 5 kali masing-masing dengan mantram:
Om, Saraswati sweta warna ya namah.
Om, Saraswati nila warna ya namah.
Om, Saraswati pita warna ya namah.
Om, Saraswati rakta warna ya namah.
Om, Saraswati wisma warna ya namah.
Kemudian dilakukan penghaturan (ngayaban) banten-banten kehadapan Sang Hyang Aji Saraswati
Selanjutnya dengan melakukan persembahyangan kehadapan ida sang hyang widi wasa
Demikianlah rangkaian upacara hari raya saraswati, Sehari setelah hari raya Saraswati (Minggu) dirayakan Banyupinaruh, ditandai dengan melakukan pembersihan ke sumber-sumber air seperti laut atau mandi air kumkuman.
Postingan ini dimuat kembali bertujuan sebagai pengetahuan dasar untuk bisa belajar bersama,
tanpa saling menggurui🙏🙏
Semoga bermanfaat..
Dirangkum dari beberapa sumber


UPACARA MEBAYUH OTON SEBAGAI PEMBERSIHAN KARMA WASANA

 


Upacarah mebayuh oton merupakan salah satu upacara manusa yadnya yang bertujuan untuk membebaskan manusia dari derita bawaan atau karma wasana atau dari sifat2 buruk yang dibawa sejak lahir, sebagaimana dalam ajaran agama hindu manusia terikat oleh hukum karma..
Yang dimaksud dengan otonan adalah hari kelahiran bagi umat hindu yang datang setiap 210 hari, berdasarkan perhitungan pancawara, saptawara, dan wuku yang berbeda..
Upacara ini memiliki keunikan tersendiri antar satu daerah dgn daerah lainnya berdasarkan konsep desa kalapatra dan desa mewacara..
TUJUAN MEBAYUH OTON
pelaksanaan mebayuh dalam agama hindu dibali mempunyai maksud dan tujuan yaitu menyelamatkan manusia dari akibat keburukan hari lahir dan unsur karmaphala yg buruk dan masih melekat pada diri manusia serta menyucikan pengaruh buta kala yg melekat pada diri manusia yang selajutnya dapat menolong hidup manusia,
Kedua membentuk karakter anak.
Upacara bayuh oton dipercaya dapat memperbaiki sifat buruk seseorang yg dibawa sejak lahir dengan cara pebayuhan atau pembersihan jasmani dan rohani.
MENGHILANGKAN DERITA BAWAAN
jika digali lebih dalam kata karma merujuk pada pengertian suatu tindakan atau akumulasi berbagai tindakan yg baik atau yg tidak baik, telah terjadi mengikuti jalan pikiran yg sudah dipolakan, terstruktur sesuai dgn intelektualitas orang yg bersangkutan.
Tindakan yg telah terjadi membawa dampak/konsekwensi tertentu, maka tidakan baik atau yg tidak baik dilatarbelkangi oleh kesadaran memberikan stigma dlm kurun waktu tak terbatas..
Namun pada sisi lain tindakan yg didahului oleh suatu pikiran sadar terlebih dahulu namun tindakan itu sudah muncul bersifat reflek atau yg dilakukan semasa bayi..
Wasana dikatakan sebagai bekas2 dari tindakan yg sudah dilakukan terlepas dari pikirannya sendiri atau dari pola pikir orang lain..

Upacara ritual bayuh oton pada pewetonan umat hindu biasanya melibatkan pemangku dan sulinggih untuk upacara bayuh oton agung,sumber pelaksanaan bayuh agung maupun bayuh oton sesuai dengan refrensi yakni lontar pewacakan dan wrhaspatikalpa.
Rentetan bayuh oton dimulai dari mewacakan atau metenung untuk mengetahui tentang karakteristik anak, dimana sebelum seorang dibayuh maka diwacak atau ditenung pada orang yang bisa atau wajar melakukan hal ini seperti balian, pemangku atau pedanda, pada umumnya mereka telah memiliki lontar yg dipakai mewacakan atau metenung..
Pelaksanaan bayuh oton apabila dilihat dari rentetannya menunjukan tempat pelaksaan berbeda,misalnya saja tempat prosesi melukat tidak hanya dilakukan digriya melainkan ada yg dilakukan disegara..
Setelah prosesi ritual penglukatan selesai barulah sang anak akan melakukan proses upacara bayuh oton..
Ritual bayuh dilaksanakan berdasarkan pada hasil pewacakan kelahiran dari ekawara hingga dasawara..
Pada umumnya pewetonan saat bersamaan dengan bulan purnama dianggap saat paling baik melaksanakan ritual bayuh agung, karena dianggap waktu paling sempurna untuk pemberian dan pengembalian kekuatan pada diri seseorang...
Dalam pelaksanaan bayuh oton ditemui beberapa jenis banten, biasanya dalam pelaksanaannya akan ada perbedaan jenis banten atau upakara yg dipergunakan, perbedaan ini dikarenakan wewaran atau wuku punya pengaruh tersendiri terhadap kelahiran manusia..
Wewaran atau wuku punya sifat tersendiri, sehingga masing2 punya banten pebayuhan yg dipakai mebayuh...
Misalnya pada budha wage menail:
BUDHA: penebusan sarwa 7
Sesayutnia purna suka nasi kuning misi saur sambal delima wantah mebe siap siungan mepukang, winangunurip sekarnia putih kuning kuning, mesambat betara mahadewa
WAGE : tebusin ring marga, tumpeng 1 mebe siap selem, rumbah gile raka godoh tumpi, mesambat buta maha sakti..
natar, sanggar, pertiwi, bale dll dengan banten tebusan masing2.
MENAIL: tebusin ring antapan, tumpeng putih kuning l,pepanggal ayam sekul gurih lembaran ayam luluh 25 pawitra rerakih..sambat buta bawa..
Artikel ini dikutip ,diringkas kembali secara umum dari komangputradotcom,