Minggu, 25 Oktober 2020

CIRI-CIRI PENYAKIT NISKALA

 



Kita sering mendengar ada orang sakit namun setelah diperiksa ke rumah sakit atau dokter tidak ditemukan penyakitnya, tidak cukup puas dengan satu dokter atau satu rumah sakit kadang seseorang mencoba periksa ke dokter lain. Namun hasil sama yakni tidak ditemukan penyakitnya. Kita biasa bilang penyakit non-medis. Pada masyarakat Bali penyakit non-medis disebut dengan penyakit NISKALA bagaimana ciri-ciri penyakit non-medis atau niskala? dibawah ini adalah beberapa ciri-ciri penyakit non-medis yang dire-share dari Gedong Suci Usadha. semoga bermanfaat:Image by: Bali Wisdom

- JUAL BANTEN MURAH hub.0882-9209-6763 atau KLIK DISINI

Baca Baik2, Mungkin Saja Salah SATU PENYAKIT NISKALA Ini ada yang anda alami.

KENA PEPASANGAN & SUKIK : Ciri cirinya Kaki Panas, Kesemutan, Kaki Kadang Terasa Dingin, Sakit Ketika Diinjakan, Sakit persendian ketika berjalan, tangan terasa kepet, tangan terasa kaku tak bisa diangkat, kumat saat sandikala atau menjelang rainan dan sudah mendapat pengobatan medis tapi tak kunjung sembuh.

KENA GUNA GUNA/CRONCONG POLO : Ciri Cirinya Sakit Kepala Tak Kunjung sembuh, emosi meningkat, terkadang terasa pusing, pikiran terasa hampa, kepala terasa di tusuk tusuk dan sudah mendapat pengobatan medis tapi tetep kumat kumatan/tidak bisa sembuh.

KENA BABAI : Cirinya Cirinya sering kesurupan, menangis tidak jelas jelas, terkadang teriak teriak ketika di tempat yang angker, rejeki nya seret, usahanya hancur, banyak masalah dll.

ATMA KATURAN : Ciri Cirinya, Berat badan turun drastis, Penyakit datang silih berganti tak kunjung sembuh, terkadang bengong, bicara sendiri, badan terasa lemas, pikiran terasa kosong, selalu ingin mati, mimpi didatangi mahluk mahluk serem, dll.

ATMA METEGUL : Ciri cirinya terasa seperti sesak nafas, badan terasa lemas, nafas tidak teratur, dan diobati medis masih kumat kumat/tidak sembuh.


KENA CETIK : Ciri Cirinya Perut terasa sakit, mual, pingin muntah tapi susah, susah untuk makan, perut terasa kaku, sakit tembus dari dada ke punggung, lemas dan sudah diobati medis tapi kumat kumatan/tak kunjung sembuh.

KEPALA DITUSUK PAKU/KAWAT GAIB: Ciri Cirinya tidak bisa tidur, Pikiran melayang, Depresi, kepala terasa berat dan sudah diobati tapi tak kunjung sembuh.

KENA PENANGKEB : Ciri Cirinya warung/tempat usaha mendadak sepi, dilihat tutup oleh pelanggan, banyak masalah, mumet tinggal di tempat itu, banyak kariawan yang minta berhenti dll

KARANG PANES/ADA PEPASANGAN : Ciri Cirinya angota rumah sering ribut dengan masalah sepele, sakit silih berganti tidak kunjung sembuh, Tidak betah tinggal dirumah, banyak orang mempropokasi keluarga,Mertua dan menantu selalu selisih paham dll

Download Free Portable Adobe Photoshop CC 2020 Terbaru

UPAS DESTI : Ciri Cirinya, gatal tidak sembuh pada tubuh, sering kumat saat kalikaon atau malam hari, sudah melakukan pengobatan medis namun kumat kumatan/bahkan tak sembuh sembuh.

JODOH METUTUP: Ciri cirinya susah mencari pasangan, malu dalam pergaulan, tidak PD bicara sama wanita, selalu ingin mengurung diri dikamar, sering ngambek pada orang tua.

NUNAS PEMEGAT SEMARA, ciri cirinya asmara putus seketika tanpa sebab, dan orang yang bersangkutan seolah kayak depresi.

TUMBAL RARE, ciri cirinya setiap hamil anaknya meninggal dalam kandungan, atau sulit punya keturanan. 

KARANG TENGET, rumah di apit tukad, tusuk sate, rumah di samping setre, rumah bekas kuburan, rumah bekas merajan, dan lain sebagainya. 


Demikian ciri-ciri penyakit non-medis /niskala. semoga bermanfaat



Sekilas mengenai Gedong Suci Usadha: Terletak di Banjar Pengosekan Desa Mas Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar


Sabtu, 24 Oktober 2020

Tradisi Mesbes Bangke Di Desa Buruan, Tampak Siring

 


Sebutan Bali sebagai Pulau Seribu Pura sudah tak asing lagi bagi wisatawan lokal maupun asing, mengapa demikian, Karena Bali menjadi tujuan wisata dunia, sedangkan mayoritas penduduknya beragama Hindu dan tempat beribadatnya adalah pura, termasuk juga penyebaran agama Hindu sampai saat ini berpusat di Bali. Walaupun pengaruh agama Hindu cukup kuat di Bali, tetapi berbagai budaya dan tradisi warisan leluhur di pulau ini tetap bertahan sampai sekarang ini, seperti salah satunya tradisi Mesbes Bangke atau mencabik mayat, kedengaran sangat ekstrim dan tentunya sangat unik pada jaman sekarang ini.

Download Free Portable Adobe Photoshop CC 2020 Terbaru

Tidak dipungkiri Bali memang memiliki banyak budaya dan tradisi unik, salah satunya yang populer seperti tradisi pemakaman mayat di Tenganan, Perang Pandan (Mekare-kare), omed-omedan dan Mekotek adalah beberapa tradisi unik yang cukup populer di Bali dan menjadi sebuah atraksi wisata yang menarik untuk dinikmati oleh wisatawan, tetapi tradisi Mesbes Bangke atau mencabik mayat, yang jarang dikenal oleh warga Bali secara umum apalagi wisatawan, masih tetap bertahan sampai sekarang ini, tradisi Mesbes Bangke ini digelar di banjar Buruan, Tampaksiring, kabupaten Gianyar.

Jika anda pertama kali mendengar atau melihat bagaimana tradisi ini digelar, tentu akan membuat anda tercengang, karena memang jasad tubuh orang yang meninggal (bangke) dicabik-cabik oleh warga dan itu hanya ada di banjar buruan, Tampak Siring, Gianyar. Tentunya ini adalah adalah sebuah budaya dan tradisi unik yang ekstrim yang dilakukan oleh warga setempat dan tradisi itu masih bertahan sampai saat ini, sangat dimaklumi untuk warga yang belum kenal dan masih awam akan tradisi tersebut, tentu akan kelihatan aneh dan mengerikan.

Tradisi Mesbes Bangke di Tampak Siring ini, tidak dilakukan pada semua jasad manusia yang sudah meninggal. Di desa ini dilakukan upacara Ngaben dengan cara ngaben masal yang melibatkan dan dilakukan oleh banyak warga dan juga ada ngaben personal yang bersifat pribadi. Dan tradisi Mesbes Bangke tersebut hanya digelar untuk ngaben personal saja. Jadi tidak semua orang meninggal melalui proses mencabik mayat tersebut.

- JUAL BANTEN MURAH hub.0882-9209-6763 atau KLIK DISINI

Lalu pertanyaanya, kenapa tradisi yang juga merupakan proses ritual orang meninggal tersebut sampai dilangsungkan, walaupun itu sebuah peninggalan leluhur, tetapi itu sebuah tradisi ekstrim yang mungkin tidak semua warga bisa melakukannya. Seperti diketahui untuk melakukan upacara tentu harus mencari hari baik atau duwase (tanggal) yang cocok untuk melakukan ritual dan terkadang mayat (jasad) orang meninggal harus beberapa hari berada di dalam rumah, dan konon, dahulu penduduk asli banjar Buruan ini kebingungan untuk menghilangkan bau busuk yang dikeluarkan oleh mayat, karena zaman dulu tidak ada formalin, mereka harus mencari cara agar mayat tidak berbau bau busuk yang dikeluarkan mayat tersebut.

Karena warga Banjar Buruan tidak kuat menahan bau busuk yang dikeluarkan oleh mayat tersebut, maka warga memiliki ide untuk mesbes (mencabik) mayat tersebut, dan pada saat mencabik-cabik (mesbes) mayat mereka harus merasakan kegembiraan, agar lupa akan bau yang ditimbulkan oleh mayat tersebut. Setelah mayat di cabik-cabik dengan tangan dan giginya sekalipun, entah dagingnya dimakan atau sekedar dicabik, cabikan mayat tersebut di oper-oper seperti sedang melakukan permainan. Menurut warga mereka merasa senang melakukan tradisi tersebut, daging mayat dicabik dan dioper mereka meluapkan kegembiraan sehingga bau tersebut terlupakan.

Saat tradisi Mesbes Bangke ini berlangsung, para pencabik mayat tersebut ada yang setengah sadar atau kesurupan ada pula yang masih sadar, namun mereka tetap bersemangat untuk mencabik mayat hingga naik ke atas mayat, apalagi diiringi oleh gamelan baleganjur dan guyuran air membuat mereka menjadi tambah semangat, setelah warga lelah mencabik mayat ataupun saling oper daging mayat, barulah jenazah atau mayat tersebut di bawa ke tempat upacara Ngaben. Untuk di Bali sendiri dikenal adanya Kasta, untuk tradisi tersebut tidak ada perlakuan khusus untuk kasta yang lebih tinggi, semua kasta ataupun status ekonomi warga, semua diberlakukan sama jika mereka ingin menggelar upacara Ngaben secara personal.

PERTANYAAN YG SERING DITANYAKAN SEPUTAR COVID 19

Saat ini sekarang jaman sudah semakain maju dan berkembang, banyak cara dilakukan untuk membuat mayat tersebut tidak berbau termasuk juga penggunaan obat formalin, tetapi tradisi sudah diwariskan, warga atau masyarakat Buruan, Tampak Siring, Gianyar ini masih tetap melakukan tradisi tersebut. Untuk mayat yang akan dikremasi, saat keluar dari rumah duka akan diserbu oleh penduduk yang akan mesbes atau mencabik-cabik mayat tersebut. Konon untuk mencabik mayat tersebut harus dilakukan oleh penduduk yang memang asli dari banjar Buruan, jika dilakukan oleh penduduk pendatang akan berakibat fatal bagi mereka yang melakukannya. Apalagi jika diketahui orang yang bukan penduduk asli banjar Buruan ini ikut mencabik mayat dengan segeranya akan di hajar massa.

Pengecualian terhadap orang yang disucikan seperti pemangku, sulinggih dan pedanda. Untuk mengalihkan perhatian warga terhadap penduduk yang ingin mencabik mereka biasanya keluarga duka akan berusaha menggunakan taktik agar terhindar dari warga, yaitu mengadakan ritual mekingsan (menititpkan) ring gni untuk menghormati jasad mereka. Jika tidak melakukan ritual tersebut ada kemungkinan bagi masyarakat yang setengah sadar untuk mencabik-cabik mayat mereka.

Selain itu ada juga pantangan yang tidak boleh dilakukan selama ritul Mesbes Bangke digelar, yaitu mayat sama sekali tidak boleh menyentuh tanah ataupun jatuh, maka dari itu orang yang mengangkat mayat harus memiliki tenaga kuat, jika hal itu terjadi maka desa adat banjar Buruan mendapatkan sanksi, yang mana harus mengadakan pecaruan. Namun hingga sekarang tidak ada mayat yang demikian. Dari 13 banjar adat yang berada dibawah naungan Desa tampak Siring, hanya banjar Baruan yang masih melakukan ritual ini.

Banyak kontroversi yang datang dari masyarakat luar, mereka memandang bahwa ini tidak menghormati keluarga almarhum dan juga ini merupakan ajangan balas dendam terhadap almarhum. Namun sesungguhnya tradisi yang diwariskan turun temurun ini merupakan wujud kebersamaan dari warga banjar Baruan. Kelian adat dan Dinas Banjar Baruan pun sudah menyetujui jika tradisi ini tetap terlaksanakan. Karena keluarga almarhum sudah merelakan dan ikut turut serta dalam ritual ini. Maka sampai sekarang tradisi tersebut masih bertahan sampai saat ini.

artikel ini diposting ulang dari: balitoursclub.net

https://paduarsana.com/

Jumat, 23 Oktober 2020

Cara Belajar Nge-Leak

 ilmu pengeleakan dapat diwariskan melalui tiga cara atau proses yaitu: berdasarkan keturuan/genetik, dengan proses belajar dan membeli. Bagi yang secara genetik tidak memiliki keturunan ngeleak, maka pilihannya ada 2 yaitu belajar atau membeli. Bagi yang memiliki keturunan ngeleak pilihannya adalah ngelakoni(menjalankan) atau hanya sebatas nyungsung saja.

Sebelum seseorang belajar Ilmu pengelaeakan terlebih dahulu harus diketahui otonan orang tersebut (hari lahir versi Bali) hal ini sangat penting, agar murid tidak celaka oleh ilmu itu sendiri.
Image by: Bali Wisdom
Setelah diketahui barulah proses belajar Ngeleak dimulai. Dimana, pertama-tama murid harus mewinten Brahma Widya, dalam bahasa lontar Ngerangsukang Kawisesan dan hari baikpun tentunya dipilih oleh sang nabe (guru).
Tahap dasar murid diperkenalkan dengan Aksara Wayah (Modre), dalam hal ini aksara tersebut tidak bisa dieja karena merupakan aksara baku. Selajutnya murid di-rajah pada seluruh tubuh dari atas sampai bawah oleh sang guru, hal ini dilakukan di Setra(kuburan) pada saat hari Kajeng Kliwon Enyitan.
Pertama murid diajarkan untuk “nyungsang idep” yaitu membalikan pikiran, semua hal yang tidak baik harus dipikirkan menjadi suatu yang baik, begitu juga sebaliknya, biasanya ritual ini dilakukan dengan mencolek kotoran ayam dan menghirup baunya, ritual ini dikenal dengan istilah “nyolek-nyolek tain belek”, bila bau kotoran ayam tersebut lama-kelamaan menjadi harum bagi pelaku, maka ia sudah lulus tingkat pertama. Proses lainnya adalah menjilati “bungut pawon”/ tungku perapianan dan sebagainya.
Download Free Portable Adobe Photoshop CC 2020 Terbaru
Selesai dari proses ini, barulah sang murid sah menjadi Leak bagi sang guru dan ia akan melakukan ritual di Setra(kuburan) dengan sarana sanggah cucuk dan beberapa sesajen.
Ada 5 sumpah yang harus ditaati dalam belajar Ngeleak, ialah :
  1. Hormat dan taat dengan ajaran yang diberikan oleh guru.
  2. Selalu melakukan ajapa-ajapa untuk menyembah Siwa dan Dhurga dalam bentuk Ilmu Kawisesan (Sakti).
  3. Tidak boleh pamer kalau tidak kepepet dan selalu menjalankan Dharma (kebaikan).
  4. Tidak boleh makan daging kaki empat, tidak boleh berhubungan intim dengan orang selain pasangan alias berzinah.
  5. Tidak boleh menyakiti atau dengan cara apapun melalui ilmu yang dipelajari.
Mungkin karena peraturani Nomor 4 ini yang paling ditakuti, maka dahulu dikatakan kebanyakan ilmu leak dipelajari oleh kaum perempuan, sebab kaum perempuan biasanya lebih kuat menahan nafsunya.
Artikel direpost dari: @calonarangtaksu @art_taksu #art_taksu

Kamis, 22 Oktober 2020

Mengenal Tradisi Mekotek

 Bertepatan dengan Hari Raya Kuningan, Tradisi Mekotek digelar di Desa Munggu Kecamatan Mengwi Badung. Tradisi yang juga dikenal dengan Gerebek Mekotek ini dilakukan turun temurun oleh generasi penerus dari leluhur warga desa Munggu khususnya umat Hindu dan yang pasti Tradisi Mekotek hanya ada di Desa Munggu, Mengwi Badung. Tradisi Mekotek merupakan atraksi budaya yang telah menjadi ikon pariwisata yang ditunggu-tunggu tidak saja dari wisatawan lokal tapi juga mancanegara.

Tradisi Mekotek, Munggu. Image by: Munggu Tourism Board
Bagi Warga desa munggu selain persiapan untuk perayaan hari raya kuningan mereka juga biasanya mempersiapkan peralatan yang akan digunakan untuk Gerebek Mekotek. Peralatan yang dimaksud hanyalah tongkat kayu sepanjang 2 sampai dengan 2,5 meter yang telah dibersihkan(dikelupas) kulitnya.Tradisi Mekotek diikuti warga Desa Munggu, pria usia 12 sampai 60 tahun. Peserta tradisi mekotek dibagi dalam beberapa kelompok, setiap kelompoknya terdiri sekitar 50 orang, tongkat kayu yang mereka bawa diadu/dibenturkan. Benturan puluhan tongkat kayu tersebut menimbulkan bunyi tek..tek..tek..tek saat tongkat kayu tersebut disatukan membentuk seperti sebuah piramid salah seorang peserta akan naik. Semarak pastinya. Inilah mengapa Tradisi unik ini disebut Tradisi Mekotek.
Download Free Portable Adobe Photoshop CC 2020 Terbaru
Sejarah Tradisi Mekotek
Konon Tradisi Mekotek ini awalnya digelar oleh warga desa untuk menyambut kedatangan para prajurit dari pasukan kerajaan Mengwi dimana saat ini memiliki peninggalan pura kerajaan Pura Taman Ayun, sambutan warga pada saat itu konon sebagai perayaan kemenangan pasukan kerajaan Mengwi atas pertempuran melawan kerajaan Blambangan yang ada di pulau Jawa. Perkiraan tahun 1915 Tradisi Mekotek sempat dihentikan oleh kolonial Belanda karena takut menimbulkan pemberontakan mengingat tradisi ini mampu memantik semangat perjuangan dan kerjasama(gotong royong) rakyat saat itu, akibatnya konon terjadilah wabah penyakit.
Dulunya Tradisi Mekotek menggunakan tongkat besi, untuk menghindari bahaya terluka pada tahun 1948 Tradisi Mekotek menggunakan tongkat dari kayu pulet dimana kulit kayu sudah dikelupas dan dihaluskan, Panjang kayu yang dipakai tidak lebih dari 4 meter. Tombak asli yang dipakai tradisi mekotek jaman dahulu konon disimpan di Pura Desa setempat. Warga peserta tradisi mekotek wajib menggunakan pakaian adat madya dan berkumpul di Pura Dalem Munggu.
Seperti halnya Tradisi Budaya Bali lainnya, sebelum dilakukan Tradisi Mekotek dimulai warga melakukan persembahyangan di Pura Dalem desa munggu dilanjutkan dengan pawai diiringi gamelan baleganjur menuju sumber mata air.
Tradisi Mekotek Desa Munggu ini tidak hanya membangkitkan semangat perjuangan seperti yang ditakuti pemerintah kolonial belanda pada jamannya namun juga memberikan pelajaran tentang solidaritas, kerjasama team(gotong royong) dan semangat persatuan! Hingga kini Tradisi Mekotek menjadi warisan budaya leluhur dan terus dilakukan turun temurun setiap Hari Raya Kuningan.
Artikel ini diolah dari berbagai sumber. Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon dikoreksi nggih semeton.

Selasa, 20 Oktober 2020

Tradisi Megoak-goakan Desa Panji

 Tradisi Megoak-goakan diadakan setiap tahun di Banjar Dinas Bangah, Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng. Dilaksanakan sehari setelah Hari Raya Nyepi atau tepat pada saat Ngembak Geni melibatkan sekaa teruna Banjar Kelod Kauh Desa Panji menggunakan pakaian serba hitam. Tidak hanya pemuda laki-laki saja yang beraksi pada tradisi yang tidak pernah absen setiap tahunnya. Tetapi juga barisan remaja putri.

megoak-goakan -youtube
Saat kepala goak bersuara Gaaaak dengan lantang, permainan pun dimulai. Pasukan goak yang berbaris panjang saling memegang pinggang di depannya terus bergerak, menghindari serangan komandan pasukan yang akan mencari pasukan goak paling akhir. Keseruan itu pun tidak menghalangi mereka untuk berbasah-basahan dipenuhi lumpur karena sawah yang disiapkan becek dan penuh dengan air.
Sesekali beberapa remaja wanita yang kebetulan melintas di depan jalan arena goak, akan ditarik dan dilibatkan langsung dalam permainan itu. Sorak-sorai masyarakat pun suka cita menyaksikan permainan magoak-goakan tersebut. Apalagi keikut sertaan remaja putri itu diikuti dengan drama digendong dan dicemplungkan ke lumpur.
Download Free Portable Adobe Photoshop CC 2020 Terbaru
Mereka yang tertangkap pasukan goak harus ikut bermain meramaikan tradisi tersebut. Kelian Banjar Dinas Kelod Kauh, Desa Panji, Nyoman Marsa Jaya ditemui di lokasi menjelaskan tradisi magoak-goakan sudah ada sejak kerajaan Ki Barak Panji Sakti. Saat itu pasukan perang Panji Sakti disebut dengan pasukan goak. Panji Sakti sedang berjaya di masa itu menaklukkan sejumlah kerajaan yang ada di sekelilingnya. Salah satunya adalah Blambangan. Sebelum itu ia pun menguji kecakapan pasukan goaknya melalui permainan magoak-goakan yang dipimpin oleh sang patih.
Ekor pasukan goak yang berhasil ditangkap patih kemudian akan diberikan hadiah oleh sana raja sebagai bentuk kesetiaan pengabdian serta semangat juang dalam pertempuran. Begitupun pasukan goak yang ekornya berhasil ditangkap sang patih harus mengikuti seluruh titah raja. “Tradisi ini masih kami lakukan turun temurun dari leluhur kami, sebagai pengormatan Ki Barak Panji Sakti yang pernah menjadi raja Buleleng,” kata dia.
Tradisi itu pun hingga kini diwarisi oleh Desa Panji yang merupakan tempat penetapnya Ki Barak Panji Sakti saat diasingkan dari kerajaan Klungkung pada usia 15 tahun. Tradisi magoak-goakan ini pun disebut sebagai warisan budaya yang sangat kental dengan sejarah Buleleng.
Selain sebagai penghormatan kepada Ki Barak Panji Sakti tradisi magoak-goakan yang dilaksanakan oleh warga Panji hingga saat ini juga disebut sebagai pelestarian budaya. Generasi muda Panji secara bangga dan setia tetap melaksnaakan tradisi ini secara turun-temurun. Dipilihnya ngembak geni setelah nyepi bukan tanpa alasan. Menurutnya saat akan menaklukkan Blambangan, Ki Barak Panji Sakti dan pasukannya berangkat setelah tahun baru Saka.
Meski tidak ada ritual khusus dalam pementasan tradisi ini, namun pihak desa tetap melakukan upacara piuning di lokasi acara untuk kelancaran dan keselamatan. Namun jika tarian magoak-goakan ini dipentaskan dalam kesatuan yang utuh, dalam artian lengkap dengan lelampahan cerita menjelang menggempur Blambangan, baru akan dilakukan upacara matur piuning di Pura Pajenengan yang masih ada di Desa Panji.
Tradisi selalu menyenangkan dan menghibur saat kita bisa melestarikannya.
Terima kasih: Nusa Bali
Visit Our Sponsor
- Service Laptop / Smartphone Panggilan Denpasar 

Senin, 19 Oktober 2020

Tradisi Nikah Massal Desa Pakraman Pengotan Bangli

 


Image By: Anggara Mahendra
Dilansir dari NusaBali – Tradisi menikah massal kembali digelar Desa Pakraman Pengotan, Kecamatan Bangli pada hari ini Kamis 22 Maret 2018 atau Wraspati Umanis Sinta, Prosesi menikah massal kali ini akan diikuti 21 pasangan calon suami istri (pengantin), 5 pasangan di antaranya melibatkan perempuan dari Desa Pengotan yang menikah keluar.Tradisi ritual menikah massal ini dilaksanakan Desa Pakraman Pengotan dua kali dalam setahun, yakni pada Sasih Kapat (bulan keempat sistem penanggalan Bali) dan Sasih Kadasa (bulan ke-10 sistem penanggalan Bali). Tradisi yang diwarisi secara turun temurun dan diyakini sudah ada sejak berdirinya Desa Pengotan ini digelar sebagai bagian upaya meringankan beban keluarga calon pengantin.
Menurut Bendesa Pakraman Pengotan, Jro Wayan Kopok, dalam prosesi nikah massal ini, pasangan pengantin hanya dikenakan uang tunai masing-masing Rp 450.000, selain juga beberapa kewajiban lainnya. Jika menikah secara mandiri sebagaimana layaknya di Bali, bisa menghabiskan biaya puluhan juta rupiah. “Kalau di sini (Desa Pengotan) belum pernah ada nikah sendiri-sendiri. Selalu dilangsungkan nikah secara massal,” jelas Jro Wqayan Kopok kepada NusaBali di Desa Pengotan, Rabu (21/3).
Menurut Jro Wayan Kopok, tradisi nikah massal rutin digelar dua kali dalam setahun. Hanya sajatradisi nikah massal sempat tidak digelar selama 2 tahun terakhir, karena masih ada pembangunan di Pura Penataran Agung, Desa Pakraman Pengotan. “Tradisi ini masih kami pertahankan. Selain untuk mengaja hubungan nyama braya, juga buat meringankan beban krama dalam melangsungkan perkawinan. Dari segi biaya tentu akan lebih murah,” katanya.
Tradisi nikah massal ini, kata Jro Wayan Kopok, sudah tertuang dalam awig (aturan adat). Karenanya, tradisi ini ditaati betul. Sekalipun dari keluarga kaya raya, tetap saja harus menikah secara massal. Pernikahan massal diikuti baik laki-laki yang notabene menetap di Desa Pengotan maupun perempuan yang menikah keluar.
“Bagi perempuan yang menikah keluar, mereka tetap mengikuti rangkaian perkawinan massal di Desa Pengotan. Setelah nikah massal, selanjutnya mereka mengikuti sang suami,” beber Jro Wayan Kopok.

DAPATKAN PENGHASILAN TAMBAHAN MINIM RESIKO KLIK DISINI
Pasangan calon suami istri berjumlah 21 pasang yang akan menikah massal hari ini, berasal dari selurtuh 8 banjar di Desa Pengotan, yakni Banjar Padpadan, Banjar Penyebeh, Banjar Besenge, Banjar Yoh, Banjar Delod Umah, Banjar Tiying Desa, Banjar Dajan Umah, dan Banjar Sunting. Terbanyak dari Banjar Padpadan, yakni 9 pasangan pengantin.
Jro Wayan Kopok menjelaskan, rangkaian tradisi pernikahan massal ini diawali dengan melaksanakan Sangkepan Nganten di jaba Pura Penataran Agung, Desa Pakraman Pengotan. Setelah sangkepan tersebut, dilajutkan dengan penyampaian hasil pesangkepan kepada seluruh krama. “Hasilnya disampaikan kepada krama, seperti siapa-siapa saja pasangan yang akan mengikuti upacara perkawinan massal,” katanya.
Acara selanjutnya adalah mempersiapakan sarana upacara, termasuk nampah (menyembelih) sapi yang dibeli dari urunan para calon pengantin. “Berapa pun harga sapinya, dibagi seluruh pasangan calon pengantin. Sapi yang digunakan tidak harus besar, yang terpenting kondisinya sehat dan tidak cacat,” kata Jro Wayan Kopok.
Setelah daging sapi diolah, selanjutnya munggah (ditelatakan) di Bale Agung. Selain urunan beli sapi, para pasangan calon pengantin juga wajib membawa nasi empat rontong atau setara 10 kilogram. “Dibuatkan kawisan, sesuai jumlah krama dengan 206 kepala keluarga (KK) pengarep,” terangnya.
Begitu segala persiapan rampung, barulah pasangan calon pengantin dipanggil untuk mengikuti acara pokok, yakni menikah massal. Mereka harus berbaris menuju Pura Penataran Agung untuk mengikuti rangkaian prosesi mulai dari Nista Mandala Pura. Terakhir, pasangan calon pengantin duduk di Bale Nganten, Pura Penataran Agung.
Download Free Portable Adobe Photoshop CC 2020 Terbaru
Menurut Jro Wayan Kopok, semua duduk berjejer dalam dua baris, di mana pasangan canlon dalam posisi saling berhadapan. “Duduknya dipisah antara laki-laki dan perempuan. Mereka nginang (makan sirih) bersama sebagai pertanda sudah memasuki usai lebih tua, dengan tanggun jawab yang lebih besar. Kemudian, mempelai perempuan ngunggahan damar kurung, yang dimaksudkan untuk memohon tuntunan dari Ida Sang Hyang Widhi, agar pasangan baru ini mampu menjalani kehidupan berumah tangga. Diharapkan, rumah tangga berjalan harmonis.”
Terakhir, pasangan mempelai mepamit di Sanggar Agung, sebagai tanda berakhirnya rangkaian prosesi upacara nikah massal. Selanjutnya, pasangan mempelai kembali ke rumah masing-masing. Terkait acara resepsi pernikahan, itu sepenuhnya diserahkan kepada keluarga masing-masing.
Jro Wayan Kopok menjelaskan, ada pantangan bagi pasangan mempelai yang baru mengikuti prosesi nikah massal. Mereka selama tiga hari tidak boleh melewati rurung adat (jalan adat). Bila rumahnya berada di sebelah barat rurung adat, mereka tidak boleh ke sebelah timur, demikian pula sebaliknya. Seteleh tiga hari, mereka dibolehkan keluar dan dilanjutkan dengan prosesi membawa tipat bantal dari rumah purusa (laki-laki) ke rumah pradana (perempuan).
Bagaimana pantangan untuk perempuan yang menikah ke luar desa? Menurut Jro Wayan Kopok, mereka tidak terkena pantangan melintasi rurung adat selama 3 hari. Sebab, seusai upacara nikah massal di Pura Penataran Agung, mereka langsung mengikuti suaminya ke desa masing-masing.
Terima kasih: Nusa Bali
Visit Our Sponsor
- Service Laptop / Smartphone Panggilan Denpasar 

Minggu, 18 Oktober 2020

Lowongan Kerja Online Freelance tanpa syarat pendidikan

 



Download Free Portable Adobe Photoshop CC 2020 Terbaru


ini adalah pekerjaan freelance untuk kalian yg lagi butuh banget penghasilan. Kenapa hanya untuk orang yg butuh banget penghasilan? Karena pekerjaan yg satu ini penghasilannya ga besar,  sekitar $0,5 sampai $1,5 per jam. Jadi memang sebaiknya untuk orang yg sangat membutuhkan penghasilan. Bisa dapat lebih tinggi dari itu jika akurasi, kecepatan, dan jumlah jam kerjanya tinggi. Semakin banyak jam kerja kalian, semakin tinggi bayaran per jamnya. Begitu pula dengan akurasi dan kecepatan.

Pekerjaannya seputar annotation, terbagi menjadi 2: 2D annotation dan 3D annotation. Singkatnya, ada gambar 2D atau 3D yg harus kalian anotasi untuk menunjukkan objek apa saja yg ada di gambar itu. Yg 2D annotation lebih mudah tapi bayarannya lebih rendah dan spek komputer bisa lebih rendah juga. Kalau 3D annotation, lebih kompleks dan butuh spek yg lebih tinggi (ga bisa spek kentang), tapi bayarannya juga lebih tinggi. saya sarankan pake Microsoft Edge yg paling ringan.

Hasil dari pekerjaan kalian akan digunakan untuk berbagai macam teknologi salah satunya robotik. pernah dengar ada mobil yg bisa jalan sendiri tanpa supir? nah data-data perkerjaan kalian akan digunakan untuk mengembangkan teknologi itu. dari situlah kalian mendapatkan upah.

Sebelum kalian mulai kerja tentu saja kalian harus melewati tahapan training dulu. Setiap project trainingnya beda. Tapi trainingnya tidak lama. Paling 2-3 hari udah selesai kalau dikerjain full.

jam kerjanya bebas kalian bisa ambil berapapun atau kapanpun tidak ada jam kerja tapi setiap tugas harus diselesaikan kurang dari 2 hari karena jika lewat mala perkerjaan dianggap hangus dan akan diserahkan ke orang lain dan kalian harus mulai pekerjaan lainnya dari awal.

Upah dikirim via Paypal setiap minggu sekitar hari kamis.

PERINGATAN !! SEMUA KETERANGAN MENGGUNAKAN BAHASA INGGRIS

Link daftarnya disini: https://www.remotasks.com/r/BCURRPUB



Sabtu, 17 Oktober 2020

Perdagangan Budak di Hindia Belanda pada Abad ke 17-19: Budak Asal Bali Paling Diminati

 


Download Free Portable Adobe Photoshop CC 2020 Terbaru

Secara kualitas budak asal Bali pada masa kolonial Belanda lebih diminati dibandingkan budak-budak lainnya yang diperjualbelikan di pasaran Nusantara.

Budak asal Bali pada umumnya di jual di Batavia, dan daerah-daerah lainnya di Nusantara, di Afrika Selatan, dan pulau-pulau di Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.

Hal tersebut terungkap dalam sebuah artikel berjudul “Perdagangan Budak di Bali Pada Abad Ke 17-19: Eksploitasi, Genealogi, dan Pelarangannya” yang dipublikasikan dalam Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 20 nomor 1 Tahun 2018.

Artikel tersebut ditulis oleh I Wayan Pardi dari Program Studi Pendidikan Sejarah, Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi.

I Wayan Pardi menuliskan bahwa sejarah perbudakan di Pulau Bali berlangsung selama abad ke 17-19 yang dimotori oleh VOC, pemerintah Hindia Belanda, serta raja-raja lokal. Dimana budak asal Bali sangat diminati karena memiliki kualitas yang lebih baik.

DAPATKAN CARA MENGHASILKAN PASSIVE INCOME KLIK DISINI

Budak perempuan Bali  dikenal dengan kecantikannya, kebaikan hatinya, keterampilannya memainkan musik, dan pengetahuan yang baik tentang kesehatan, sehingga budak perempuan Bali sangat ideal dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga untuk mengurusi urusan dapur, sumur, dan kasur tuannya.

Sedangkan, laki-lakinya dikenal bertubuh kekar, patuh dan mudah beradaptasi, sehingga sangat cocok diperkerjakan sebagai penjaga rumah, tentara, dan kuli kuli di perkebunan milik pemerintah.

Budak Bali dapat berasal dari para tawanan yang tertangkap di medan perang, janda-janda tanpa anak, para penghutang, dan penjahat atau pelaku kriminal.


Budak-budak Bali pada umumnya tinggal di rumah-rumah bangsawan atau birokrat Eropa, dan istana raja-raja, sebagai penjaga-penjaga dan pesuruh, pelayan, serta dalam kasus lainnya budak-budak tersebut juga dijadikan serdaduserdadu Belanda.

Budak-budak Bali yang sudah terjual dipasaran harus taat kepada majikannya, mereka harus menurut kepada kemauan pemiliknya untuk melakukan apa saja.


Jelas bahwa nasib mereka tergantung kepada pemiliknya, kalau tidak disenangi suatu waktu dapat dijual lagi kepada orang lain.
Perdagangan budak sebenarnya sudah ada sejak zaman Bali Kuno yang dibuktikan dengan adanya istilah budak yang tercatat di dalam beberapa prasasti yang ada.

Namun, ketika bangsa-bangsa Barat mulai menginjakkan kaki di Nusantara, perdagangan budak Bali baru menemukan momentumnya untuk berkembang ke seluruh penjuru Nusantara dan bahkan ke seluruh dunia.
.
#Sejarah #Bali #SejarahBali

====================================
Connect with us on website and social media :
WEBSITE : https://www.sejarahbali.com
FACEBOOK : https://www.facebook.com/SejarahBali
INSTAGRAM : https://instagram.com/SejarahBali
TWITTER : https://twitter.com/SejarahBali
YOUTUBE : https://youtube.com/sejarahbalichannel
=====================================

📸 Leiden University/Tiga budak perempuan di Buleleng tahun 1865.

Presiden Soekarno bersama ibunda tercinta "Ida Ayu Nyoman Rai"

 


Siapa pernah menyangka jika di balik nama besar Soekarno sang pendiri bangsa dan Presiden Pertama RI, terdapat sosok ibu dan bapak yang memiliki keteguhan luar biasa mempertahankan cinta sejati hingga harus berurusan ke pengadilan? Bahkan sang ibu bernama Ida Ayu Nyoman Rai yang pada masa kecil lazim disapa Srimben harus membayar denda ke pengadilan 25 ringgit.

Sebuah situasi yang wajar ketika itu, karena Ida Ayu Nyoman Rai yang lahir pada 1881 itu adalah anak kedua dari pasangan Nyoman Pasek dan Ni Made Liran yang kala itu adalah orang terpandang di kota Singaraja, Buleleng. Bahkan Srimben semasa remaja di Banjar Bale Agung Singaraja, memiliki aktivitas utama membersihkan pura saban waktu pagi dan petang. Aktivitas ini sejalan dengan nama kecil pemberian orangtuanya Srimben yang artinya limpahan rezeki yang membawa kebahagiaan dari Bhatari Sri.


Kerasnya penolakan orang tua Srimben dan keluarganya atas hubungannya dengan kekasihnya itu, tak menyurut semangat dan upayanya untuk terus membina cintanya dengan sang kekasih. Kedua sejoli itupun harus memilih kawin lari dengan menginap di sebuah rumah seorang kepala polisi, teman dekat Raden Soekemi Sosrodihardjo.

Pernikahan pun dilangsungkan pada 1897 setelah sebelumnya pengadilan mengadili kedua pasangan itu untuk memastikan tak ada paksaan atas perkawinan yang sejati itu, meskipun Srimben harus membayar denda 25 Ringgit.

Usai menikah, orangtua Soekarno lalu hijrah ke Surabaya. Keduanya terus menjalani bahtera kehidupan rumah tangganya di kota itu hingga pada 6 Juni 1901 Nyoman Rai Srimben melahirkan Soekarno di sebuah rumah di sekitar pemakaman Belanda, Kampung Pandean III, Surabaya.
.
#Sejarah #Bali #SejarahBali




PENYAKIT AKUT NAK BALI.... Benarkah?

 


Orang Bali sangat susah maju dan berkembang dlm banyak hal justru lebih banyak krn hambatan internal alias keropos dari dalam... 
beberapa penyebabnya antara lain yaitu: 
1. Terlalu sering ke Papua alias "irian", suka iri hati melihat sodara atau kerabatnya maju dan berkembang.

2. Banyak SMS alias Senang Melihat Semeton Susah atau sebaliknya Susah Melihat Semeton Senang.

3. Terlalu banyak "ngewalek" alias mencibir menjatuhkan yang cenderung sinis, bukan cibiran yang memotivasi.

4. Persatuan dalam suatu ikatan keluarga besar alias Semeton Penyama Braya itu sesungguhnya semu, istilahnya Persatuan Tai Kambing ditengah perut kambing seolah2 bersatu ketika dikeluarkan alias membawa misi keluar pasti "meberarakan/sambrag" tercerai berai gak jelas. 


5. Banyak "liep2 lipi gadang" alias kepura-puraan.

6. Banyak orang yang lebih tua dalam suatu keluarga besar tidak bisa menerima masukan dari orang yang lebih muda krn takut dilangkahi atau takut hilang pamor, apalagi tatkala yang lebih muda banyak pengalaman positif diluar akan sulit dibawa kedalam sbg dukungan kemajuan.

7. Jika secara nyata susah menghalangi kemajuan maka menghalalkan segala cara termasuk mengunakan "desti/pengliakan" alias ilmu hitam.

8. Jika ada yang gagal bukannya dibantu atau dimotivasi malah disoraki atau ditertawakan.

9. Egoisme personal alias lebih banyak mengumbar derita diri kpd kerabat/semeton tapi jarang mau menolong yang lain alias sangat perhitungan kepada semeton sendiri.

#ayokitarubah